Siapa sih manusia yang tidak pernah bercermin, pasti semua orang pernah bercermin dong bahkan mungkin sering, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan aktivitas pergi keluar rumah misalnya mau sekolah, kuliah, bekerja atapun belanja. Semua itu dilakukan karena ingin tampil rapi dan percaya diri. Besolek depan cermin adalah salah satu cara agar manusia bisa tampil rupawan dan mempesona. Tak jarang juga ada yang merasa cukup puas dan lebih percaya diri dengan jabatan dan kekuasaan yang mereka miliki. Wlopun perhiasan dunia itu memang indah tapi apakah kita tahu bahwa semua itu fana, hanya sementara bahkan dia seperti garam dalam lautan semakin kita meminumnya maka kitapun akan semakin haus…
Namun apakah kita tahu bahwa bercermin memberikan kita banyak pelajaran yang bisa kita telaah dan kita renungkan yang menjadikan bercermin itu suatu aktivitas yang sangat istimewa wlopun mungkin bercermin adalah aktivitas yang sangat kecil.
Apa yang kita harapkan saat kita bercermin?? Ya tentu saja kita ingin terlihat lebih rapi. Dan kita mengantisipasi berbagai hal yang mungkin bisa merusak percaya diri kita seperti jerawat, debu dan lainnya yang mungkin hanya bisa diketahui hanya lewat sebidang cermin. Kemudian kitapun berupaya “menutupinya” dengan berbagai macam cara. Ketika kita sudah tampil “sempurna” kitapun akan tersenyum dan siap menjalankan aktivitas selanjutnya.
Kita yang telah tampil “rapi”, apakah kita sempat bertanya sudahkan akhlak kita “rapi”?? kita sering melihat orang–orang yang tampil menawan secara fisik namun mendadak jelek karena cemberut, sinis, penuh dengan dendam dan kelicikan. Jika emosi negatif telah memenuhi wajah kita, maka dalam sekejap runtuhlah kerupawanan seseorang. Kemudian kita bertanya “apakah yang bisa melahirkan kecantikan alami wajah kita??” maka jawabannya adalah “senyum tulus yang lahir dari akhlak yang baik”.
Saat kita menutupi kehadiran jerawat, menghilangkan debu dan sebagainya, apakah kita sempat bertanya apakah kita sudah menjaga dan menutupi aib saudara kita dan apakah kita telah menjaga lisan kita ?? seseorang mendadak bertampang sadis dan kejam saat ia menyayat nyayat saudaranya dengan pisau lisan yang tajam dan ringan dalam menebar keburukan. Kemudian kita bertanya “apakah yang sesungguhnya bisa mengaburkan pandangan orang lain dari ketidaksempurnaan diri kita??” maka jawabannya adalah “kemampuan untuk menjaga dan menutupi ketidaksempurnaan orang lain.”
Ketika selesai bercermin dan telah tampil “rapi” sebagai mana yang telah kita inginkan, tidaklah kita berpikir bahwa diri kita sebenarnya jauh dari “rapi” dan apakah kita layak untuk tersenyum puas padahal masih banyak akhlak buruk yang membuat kita makin tidak “rapi”?? maka jawabannya adalah “kesempurnaan fisik adalah anugerah dari Allah, yang akan “rapi” kehadirannya ketika dihiasi akhlak yang baik”
Akhlak yang baik merupakan sumber keindahan yang hakiki tanpa melupakan keindahan fisik sebagai fasilitas yang Allah keruniakan. Jika demikian kita tidak akan berlebih-lebihan dalam memperindah diri karena Allah sudah menciptakan kita dengan sebaik-baiknya dan karena kita sadar bahwa esensi keindahan itu terletak dalam hati, bukan pada wajah atau tubuh yang indah.
Semoga Akhlak kita semakin baik, seiring dengan rutinnya kita berkaca di depan cermin. Semoga Akhlak kita indah sebagaimana raga kita yang sedari dulu telah dirancang dengan desain yang seindah-indahnya, InsyaAllah (amin).
Mencari kebahagiaan akhirat tanpa melupakan kebahagiaan di duna.
Sebagian bersumber dari Tafakkur 🙂
Muliadi
April 19, 2009 at 11:15 am
setuju banget dengan yang pean pikir tapi sebaliknya mbak vae kan kita itu banyak bercermin hanya untuk duniawi saja bukan untuk kebahagiaan akhirat.
he he he
—-***—-
V@e…
Oleh karena itu biar lah cermin juga jadi salah satu sarana buat kita untuk bisa mendapatkan kebahagiaan diakhirat…, InsyaAllah 🙂
karena bukan hanya fisik tapi akhlak kita juga butuh cermin 🙂
ArtaSastra
April 19, 2009 at 11:23 am
Wew..
Cermin..
Salah satu tempat..
Untuk kita selalu bersyukur..
N mengingat-Nya.. 😉
—-***—-
V@e…
🙂
mikekono
April 19, 2009 at 12:05 pm
betul dinda Vae,
selalu bercermin
membuat kita menyadari
siapa diri kita sesungguhnya….
bercermin membuat kita
tahu diri, rendah hati dan
selalu hanya pasrah padaNya 🙂
—-***—-
V@e…
Mudah-mudahan kita sering bercermin ya bang, InsyaAllah 🙂
bluethunderheart
April 19, 2009 at 12:23 pm
waw kalimat yang terakhir itu idaman blue banget……….mencari……………
keren u sekarang ini sahabatku
met menikmati minggunya ya
salam hangat selalu
u juga sudah datang di kezedotnya blue makasih makasih
beda banget kan sama blue heheheh………………
—-***—-
V@e…
🙂
Ghani Arasyid
April 19, 2009 at 12:29 pm
Amiin yaa Robbal ‘alamiin.
Bercermin untuk memperbaiki diri 🙂
—-***—-
V@e…
InsyaAllah 🙂
Infinite Justice
April 19, 2009 at 2:08 pm
bahan renungan yang bagus jeng…
meski saya lebih menganggap cermin bukan sebagai tolok ukur untuk membanggakan diri sendiri, berasa cantik secara fisik, dan lain sebangsanya…
buat saya, cermin adalah mediasi untuk melihat diri kita sendiri, sudah baikkah perilaku kita, sudah cantikkah ibadah kita?
vaepink
April 19, 2009 at 10:11 pm
Makasih yah sudah mampir 🙂
kezedot
April 19, 2009 at 11:12 pm
met bobo malam ini smoga mimpi indah ya sahabat
salam hangat dalam dua musimnya blue
—-***—-
V@e…
🙂
achoey
April 20, 2009 at 5:58 am
sepakat dik
bercerminlah dengan utuh
dalam muhasabah
hingga rapih tak hanya fisik
tapi juga ahlaq
kau dasyat
cenya95
April 20, 2009 at 8:26 am
Datang dengan penuh semangat,
tuk bercermin di sini
salam hangat selalu
Bang Dje
April 20, 2009 at 11:00 am
Kita paling tidak “bercermin” lima kali sehari
yanti
April 20, 2009 at 12:08 pm
Ukhti… saya setuju….
Saya memang harus lebih sering “bercermin”… thx u mengingatkan… Dan.. saya sedang berusaha untuk lebih rajin bawa “make up bermerek istighfar” kemana-mana….
kezedot
April 20, 2009 at 3:04 pm
main ke sini lagi domng sahabat
emang beda namun pasti ada hikmah dlm postingan blue yg satu ini hehehhe…
salam hangat dalam dua musimnya blue
ulfiarahmi
April 21, 2009 at 12:57 pm
jangan salah memilih cermin. Karena cermin bisa saja berbohong.
Jika kita bercermin dengan cermin cembung, dia akan membuat kita lebih besar. Begitu pula jika kita bercermin dengan cermin cekung. Cermin cekung lebih sering membuat kita merasa lebih kecil.
Apa lagi dengan cermin datar. Cermin datar juga terlalu sering bo’ong ketimbang memberikan yang sebenarnya. Coba perhatikan, saat kita bercermin dengan cermin datar, dia akan menjadikan bagian kanan berada di sebelah kiri dan bagian kiri berada di sebelah kanan.
Baiknya bercermin dengan hati aja dechhhhhhhhhhh…
bayu200687
April 28, 2009 at 10:27 am
bercermin… merefleksi dunia(ku) ya mba…
dan cermin, mungkin tak selalu benar dalam makna, tapi benar dalam menampilkan apa adanya…
seperti itulah manusia. tak selalu benar, tapi itulah adanya. maka menerima manusia dengan jujur, adalah sesuatu yang sulit namun indah…
[ck..ck..ck.., dapat dari mana ya kata2 itu…?]